Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil pertambangan, baik logam, batu bara, minyak maupun mineral lain. Dalam melakukan proses penambangan, tentunya dibutuhkan berbagai macam peralatan, salah satunya adalah truk sebagai sarana untuk mengangkut hasil tambang, mulai dari proses pengupasan sampai pengangkutan menuju stockveil (tempat penampungan) sebelum dimuat pakai vessel (tongkang). Baik truk berukuran umum/kecil yang biasanya menggunakan ban ukuran 12.00 R 24 sampai giant truck (truk berukuran besar) yang biasanya menggunakan giant tire (ban raksasa) sampai ukuran 59/80 R 63. Kali ini, dibahas jenis ban dan ukuran berapa saja yang biasa digunakan dalam proses penambangan batu bara.
Kandungan batu bara hampir tersebar di semua pulau yang ada di Indonesia. Kalimantan adalah salah satu pulau dengan kandungan batu bara terbesar di Indonesia. Penambangan batu bara di Indonesia sebagian besar dilakukan secara open pit (teknik/cara penambangan dengan membuka lahan di permukaan bumi), sedangkan sedikit lainnya dilakukan secara underground (penambangan dalam/penggalian).
Ban adalah salah satu dari empat komponen paling penting dalam rancangan pembelanjaan proyek pertambangan. Biasanya ban berada pada posisi keempat dalam komponen biaya proyek pertambangan, tetapi apabila tidak diperhatikan/dirawat dengan baik, maka ban akan menjadi urutan kedua dalam pembiayaan proyek pertambangan dan secara nominal meningkatkan dua komponen yang lain, yaitu fuel (bahan bakar) dan spare parts. Perlunya perhatian ekstra terhadap ban membuat beberapa perusahaan pertambangan meletakkan perencanaan anggaran pembelanjaan ban di luar perencanaan pembelanjaan komponen lain dan biasanya berada langsung di bawah pengawasan para petinggi manajemen proyek. Sebab kesalahan dalam perencanaan ban bisa menyebabkan kekacauan semua rencana produksi dan proses hauling (pengangkutan) barang hasil tambang. Harus menghindari unscheduled breakdown (kerusakan yang tidak terjadwal) karena ban adalah target utama dalam menurunkan breakdown time (waktu kerusakan) yang berpatokan pada hasil akhir dari pemakaian ban.
Pada bagian sidewall (dinding samping) akan tertulis pengkodean penggunaan ban (tire nomenclature) secara spesifik, yaitu untuk kode E berarti ban itu digunakan untuk unit Earth mover (tanah galian) misalnya seperti yang digunakan pada hauler truck, dump truck, articulated dump truck. Untuk kode G, berarti ban tersebut khusus digunakan pada unit Grader dan begitu juga untuk kode L khusus untuk penggunaan pada unit Loader. Disamping itu ada juga pengkodean menurut ketinggian tread (kembang) menurut TRA (Tire and Rims Association) yang dimulai ketinggian paling rendah dengan kode E2/E3 sampai dengan E4. Khusus untuk loader bisa sampai L5.
Penambangan batu bara biasanya dibagi atas tiga bagian, yaitu produksi, ROM/Run Off Mine (hasil akhir tambang) dan hauling (pengangkutan). Yang paling beragam menggunakan berbagai jenis ban adalah bagian produksi. Ukuran ban yang digunakan pada bagian produksi bervariasi berdasarkan skala tambang yang ada. Apakah tambang tersebut termasuk skala besar, menengah, atau skala kecil. Ban yang digunakan di sini biasanya disebut dengan ban OTR (Off the Road). Dalam proses bagian produksi di sini terbagi dalam beberapa tahap, yaitu bagian pengupasan, bagian OB/Over Bourden (tanah galian) dan bagian Coal Getting (hasil galian batu bara). Truk yang dipakai dalam pengupasan biasanya dimulai dari truk yang menggunakan ban ukuran Ring 24 sampai Ring 35, sedangkan jenisnya adalah ban tube type (pakai ban dalam) dan tubeless (tanpa ban dalam). Pada tahap pengupasan, kondisi jalan dan tanah landasan kerja yang yang harus dilalui paling jelek, karena tanah lapisan atas sangat lembut dan gembur serta tempat pembuangannya bersifat sementara. Tanah hasil pengupasan ini banyak mengandung humus dan akan digunakan kembali pada proses reklamasi. Pengupasan ini dilakukan pada saat pembukaan lahan saja, jadi pekerjaan ini hanya bersifat sementara.
Pekerjaan utama dalam bagian produksi ini adalah bagian Over Bourden (tanah galian) dan Coal Getting (batu bara hasil galian). Pada bagian tanah galian dibutuhkan perencanaan loading pad (landasan pengisian) yang bagus, meliputi jarak antara loading area (area pengisian) dan disposal (area buangan), serta pengerasan daerah disposal. Pada bagian loading area dibutuhkan minimal satu bulldozer (alat berat) untuk melayani dua loading machine (alatisi) yang saling berdekatan. Loading pad yang tidak rata akan mengakibatkan kerusakan dini pada ban tersebut. Banyaknya kerusakan ban yang terjadi adalah akibat benturan, ini disebabkan material loading pad yang keras dan tidak rata serta material tumpahan pada waktu pengisian.
Posisi dump truck pada waktu pengisian serta tingkat keahlian dari operator loading machine juga berpengaruh besar pada kinerja ban. Keadaan loading pad yang sempit membuat truk susah melakukan manuver serta kurang ahlinya operator truk membuat truk kerap melakukan “jack rabbit start“ (lompatan kelinci). Dinding ban mengalami penekanan yang melebihi kapasitas yang terjadi berulang-ulang mengakibatkan kekuatan dinding samping ban melemah. Kemudian kemampuan operator loading machine (alatisi) yang kurang memperhatikan distribusi beban pada truk membuat ban menerima beban berlebih pada satu sisi saja, ini bukan hanya merugikan ban saja tapi juga mengurangi tingkat keamanan truk tersebut (sering terguling).
Elevasi yang terlalu tinggi, jarak yang terlalu jauh serta penyiraman yang terlalu basah membuat ban tersebut mengalami slip yang berkepanjangan, ban menjadi lebih abrasif atau tingkat keausan yang meningkat secara cepat, serta ban lebih cepat mengalami kelebihan panas. Salah satu komponen penting yang lain, yaitu pengecekan pit. Seorang pit checker berfungsi untuk memantau situasi area pit atau tambang, baik itu posisi unit di mana, buangan di mana, dan keadaan jalan pit atau tambang bagaimana. Seorang pit checker merupakan sumber informasi di area tambang. Keadaan jalan yang begelombang, jalan yang terlalu licin serta banyaknya tumpahan material di jalan semua dilaporkan ke pit checker dan pit checker meneruskan informasi ke bagian pengerjaan perbaikan. Kondisi jalan akan sangat berpengaruh terhadap umur pakai ban, jalan yang bergelombang akan membuat ban seolah-olah menerima beban lebih 50 persen dari beban yang sudah dihitung karena efek tire dynamic load (beban bervariasi dalam putaran). Jalan yang terlalu basah karena penyiraman yang berlebihan juga akan menyebabkan ban terus mengalami selip berkepanjangan pada waktu tanjakan serta ban akan kekurangan daya cengkram pengereman pada jalan menurun.
Desain jalan tambang juga memengaruhi kinerja serta umur ban, usahakan jalan tambang tersebut sedikit tikungan (hindari tikungan tajam) dan tidak menanjak terlalu tinggi. Dengan sedikitnya tikungan tajam akan mencegah tumpahan material pada truk serta dengan tikungan yang sedikit mengurangi tingkat tekanan gaya pada dinding samping ban dan mengurangi efek tergerus pada ban. Tingkat elevasi pada jalan pit perlu diusahakan tidak melebihi dari enam persen untuk meminimalisir truk mengalami slip pada waktu tanjakan yang tinggi. Jalan tambang harus mempunyai lebar minimal tiga kali lebar truk terbesar yang melaluinya. Ini untuk mencegah truk saling berserempetan serta untuk faktor keamanannya dan jalan tersebut haruslah dengan desain yang bisa membuang air secepatnya sehingga air tidak cepat terserap kedalam badan jalan. Ini akan memudahkan untuk proses pengupasan/pengeringan setelah hujan dan sekaligus mengurangi waktu selip akibat genangan air.
Untuk mencegah kerusakan dini pada ban untuk area pit atau tambang maka sangat dibutuhkan tire management system yang memadai. Mengingat harga ban yang mahal akan memberikan kerugian yang sangat besar apabila tidak terpelihara dengan baik serta hal yang paling ditakutkan dalam dunia pertambangan yaitu unit rusak yang tidak terjadwal dan lama. Maka tire management system tersebut akan mengatur sebisa mungkin menghindari kerusakan unit yang tidak terjadwal karena ban.
Kami akan membantu memberikan solusi untuk anda